KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN

A. PENGERTIAN

Secara psikologis setiap orang mengharapkan adanya penghargaan terhadap sesuatu usaha yang telah dilakukannya. Melalui penghargaan yang diperolehnya, seseorang akan merasakan bahwa hasil perbuatannya tersebut dihargai dan oleh karenanya akan menjadi pemacu untuk berusaha meningkatkan prestasi atau berbuat yang terbaik dalam hidupnya.

Penghargaan yang diberikan terhadap seseorang yang telah menunjukkan perbuatan baik, tidak selalu harus dalam bentuk materi akan tetapi bisa dilakukan dalam bentuk-bentuk lain, seperti memberikan pujian dengan ucapan “terima kasih”, “bagus”, “sikapmu sangat baik”, “pakaianmu rapi” atau kata-kata lain yang sejenis, dimana diharapkan orang yang mendapat penghargaan merasa dihargai. Pujian melalui kata-kata atau memberikan respon positif terhadap prilaku yang telah ditunjukkan oleh seseorang dikategorikan sebagai “penguatan”[1].

Penguatan (Reinforcement) merupakan respon yang diberikan terhadap suatu prilaku yang dianggap baik, yang dapat membuat terulangnya atau meningkatnya prilaku/perbuatan yang dianggap baik tersebut[2]. Pendapat lain menyebutkan bahwa, memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali[3].

Dalam kehidupan sehari-hari walaupun tidak disadari bahwa perbuatan tersebut merupakan salah satu contoh penerapan penguatan, misalnya ketika seorang ibu menyuruh anaknya membeli sabun mandi kewarung, sekembalinya dari warung ibu tersebut mengucapkan “terima kasih” kepada anaknya. Perbuatan anak membeli sabun kewarung adalah jenis perbuatan baik dan terpuji, sedangkan

ucapan terima kasih yang disampaikan oleh ibunya merupakan penguatan atau respon positif terhadap perbuatan yang telah ditunjukkan oleh anaknya.

Dalam kegiatan pembelajaran, penguatan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan keefektifan kegiatan pembelajaran. Pujian atau respon positif guru terhadap prilaku/perbuatan siswa positif akan membuat siswa merasa senang karena dianggap mempunyai kemampuan. Namun sayangnya, guru sangat jarang memuji prilaku/perbuatan siswa yang positif. Yang sering terjadi adalah guru menegur atau memberi reespon negatif terhadap perbuatan siswa yang negatif. Oleh karena itu, guru perlu melatih diri sehingga terampil dan terbiasa memberi penguatan.

A. TUJUAN DAN MANFAAT

Pemberian respon positif (penguatan) terhadap prilaku belajar siswa, baik melalui kata-kata (verbal) maupun non verbal seperti dengan isyarat-isyarat tertentu, secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi terhadap kepercayaan diri siswa.

Adapun tujuan dari penguatan dalam pembelajaran antara lain adalah[1]:

1. Meningkatkan perhatian siswa; bahwa melalui penguatan yang diberikan oleh guru terhadap prilaku belajar siswa, siswa akan merasa diperhatikan oleh gurunya. Dengan demikian perhatian siswa akan semakin meningkat seiring dengan perhatian guru melalui respon yang diberikan kepada siswanya.

2. Membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa; apabila perhatian siswa semakin baik, maka dengan sendirinya motivasi belajarnya pun akan semakin baik pula. Upaya memelihara dan membangkitkan motivasi belajar siswa, senantiasa harus dilakukan oleh guru. Salah satunya upaya membangkitkan motivasi belajar tersebut, yaitu melalui penguatan.

3. Memudahkan belajar siswa; bahwa tugas guru sebagai fasilitator pembelajaran bertujuan untuk memudahkan siswa belajar. Untuk memudahkan belajar harus ditunjang oleh kebiasaan-kebiasaan positif dalam pembelajaran, yaitu dengan memberikan respon-respon (penguatan) yang akan semakin mendorong keberanian siswa untuk mencoba, bereksplorasi dan terhindar dari perasaan takut salah dalam belajar.

4. Menumbuhkan rasa percaya diri dapa siswa; rasa percaya diri merupakan modal dasar dalam belajar. Perasaan khawatir, ragu-ragu, takut salah dan perasaan-perasaan negatif yang akan mempengaruhi terhadap kualitas proses pembelajaran harus dihindari. Salah satu upaya untuk memperkecil perasaan-perasaan negatif dalam belajar, yaitu melalui pemberian penguatan atau respon yang diberikan oleh guru terhadap sekecil apapun perbuatan belajar siswa.

5. Memelihara iklim kelas yang kondusif; sussana kelas yang menyenangkan, aman dan dinamis, akan mendorong aktifitas belajar siswa lebih maksimal. Melalui penguatan yang dilakukan oleh guru, suasana kelas akan lebih demokratis sehingga siswa akan lebih bebas untuk mengemukakan pendapat, berbuat, mencoba, dan melakukan perbuatan-perbuatan balajar lainnya. Hal ini tentu saja sebagai dampak dari adanya respon yang mengiringi terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan oleh siswa.

6. Mengontrol dan memodifokasi tingkah laku siswa serta mendorong munculnya prilaku yang positif[2]; penguatan yang diberikan oleh guru akan dapat mengontrol dan juga merubah prilaku siswa dalam proses belajar mengajar serta mendorong munculnya prilaku yang positif dari siswa.

B. KOMPONEN KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN

Pada garis besarnya model penguatan dapat dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu : penguatan verbal dan penguatan non verbal. Adapun komponen-komponen penguatan dari kedua model tersebut adalah sebagai berikut[3]:

1. Penguatan Verbal

Penguatan verbal merupakan respon yang diberikan oleh guru terhadap prilaku belajar siswa dalam bentuk atau komentar, pujian, dukungan, pengetahuan atau dorongan yang diharapkan dapat meningkatkan tingkah laku dan penampilan siswa, komentar, pujian dan sebagainya tersebut dapat diberikan dalam bentuk kata-kata atau kalimat.

Contoh :

1. Kata-kata : baik, bagus, luar biasa, benar, ya, betul, atau tepat sekali.

2. Kalimat :

è “Pekerjaanmu rapi sekali”.

è “Makin lama belajar kamu semakin baik”.

è “Wah, belum pernah saya lihat pekerjaan serapi ini”.

è “Pikiranmu sangat cerdas”.

è “Bapak puas dengan hasil kerja kalian”, dan bentuk-bentuk pujian lain yang sesuai dengan prilaku yang ditunjukkan oleh siswa.

2. Penguatan Non Verbal

Penguatan non verbal pada dasarnya yaitu respon terhadap prilaku belajar siswa yang dilakukan tidak dengan kata-kata atau ucapan lisan, melainkan dengan perbuatan belajar siswa. Adapun jenis-jenis respon (penguatan) yang digolongkan kedalam penguatan non verbal antara lain sebagai berikut[4] :

a. Mimik dan gerakan badan

Mimik muka dan gerakan badan tertentu yang dilakukan oleh guru seperti mengekspresikan wajah ceria, senyuman, anggukan kepala, mengacungkan ibu jari, tepukan tangan dan gerakan-gerakan badan lainnya sebagai tanda kepuasan guru terhadap respon siswa merupakan bentuk penguatan. Secara psikologis, siswa yang menerima perlakuan guru tersebut tentu saja akan menyenangkan dan akan memperkuat pengalaman belajar bagi siswa. Dalam pelaksanaannya penguatan non-verbal dapat dikombinasikan dengan penguatan verbal, misalnya ketika mengucapkan kata “bagus”, guru tersenyum sambil mengacungkan ibu jari dan lain sebagainya.

b. Gerak mendekati

Gerak mendekati dilakukan guru dengan cara menghampiri siswa, berdiri disamping siswa atau kelompok siswa, bahkan dalam situasi tertentu duduk besama dengan siswa-siswa. Tujuan gerak mendekati adalah memberikan perhatian, menunjukkan rasa senang akan pekerjaan siswa, bahkan juga memberi rasa aman kepada siswa. Bentuk penguatan ini biasanya dipakai bersama-sama dengan bentuk penguatan verbal. Misalnya sambil mendekati siswa, guru menyampaikan pujian secara lisan, seperti : “Bagus, teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya.

c. Sentuhan

Penguatan dalam bentuk sentuhan yaitu dilakukan dengan adanya kontak fisik antara guru dengan siswa (gesturing). Contoh bentuk sentuhan seperti jabatan tangan, menepuk-nepuk bahu, atau pundak siswa, atau mengangkat tangan siswa yang menang. Agar sentuhan yang dilakukan berfungsi efektif sebagai salah satu bentuk penguatan, maka dalam pelaksanaannya harus mempertimbangkan berbagai unsur seperti kultur, etika, moral dan kondisi siswa itu sendiri, serta umur, jenis kelamin serta latar belakang siswa[5]. Hal ini penting agar sentuhan yang dilakukan tidak menimbulkan masalah yang akan menghilangkan fungsi sentuhan sebagai bentuk penguatan. Oleh karena itu, guru harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut.

d. Kegiatan yang menyenangkan

Untuk meningkatkan perhatian dan motivasi belajar siswa, guru dapat melakukan penguatan dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan kemampuannya sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya. Misalnya bagi siswa yang telah menyelesaikan tugas lebih dulu, guru memberikan kesempatan kepada siswa tersebut untuk membimbing temannya yang belum selesai, siswa yang memiliki kelebihan dan suka musik diminta/ditunjuk menjadi pemimpin paduan suara dan lain sebagainya.

e. Pemberian simbol atau benda

Simbol adalah tanda-tanda yang diberikan atau dilakukan guru terkait dengan prilaku belajar siswa, misalnya memberi tanda cheklis ( ), paraf, komentar tertulis, tanda bintang dan simbol-simbol lainnya yang menunjukkan bentuk penghargaan. Demikian juga dengan pemberian benda dapat dibenarkan selama benda yang diberikan itu bersifat mendidik. Misalnya :kartu bergambar, pensil atau buku tulis, atau benda-benda kecil lainnya. Pemberian penguatan dalam bentuk benda ini bukan dilihat dari segi harganya, malainkan makna atau pesan yang ingin disampaikan yaitu sebagai bentuk penghargaan sekaligus penguatan atas prilaku yang ditunjukkan siswa.

  1. Penguatan tak penuh

Penguatan tak penuh yaitu respon atas sebagian prilaku belajar siswa yang belum tuntas. Misalnya apabila pekerjaan siswa belum semuanya benar, atau baru sebagian yang selesai, maka guru mengatakan “jawaban anda sudah benar, tinggal alasannya coba dilengkapi”. Melalui penguatan seperti itu, siswa menyadari bahwa belum sepenuhnya jawaban yang disampaikannya selesai, dan masih harus berfikir untuk memberikan alasan yang lebih tepat dan siswa akan memahami kualitas jawabannya, sehingga penguatan yang diberikan guru benar-benar bermakna.

C. PRINSIP PENGGUNAAN PENGUATAN

Agar penguatan yang diberikan guru dapat berfungsi secara efektif, maka dalam penerapannya harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut[6]:

1. Kehangatan dan keantusiasan

Kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan respon yang diberikan oleh guru terhadap prilaku belajar siswa harus mencerminkan perasaan senang dan dilakukan dengan sungguh-sungguh. Misalnya dengan mimik muka yang gembira, suara yang meyakinkan atau sikap yang memberi kesan bahwa penguatan yang diberikan memang sungguh-sungguh. Dengan kata lain penguatan harus memberikan kesan positif, dimana siswa yang menerima penguatan akan merasa senang dan puas, sehingga akan lebih mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi. Dengan demikian tidak terjadi kesan bahwa guru tidak ikhlas dalam memberikan penguatan karena tidak disertai kehangatan dan keantusiasan[7]

2. Kebermaknaan

Jenis dan bentuk penguatan yang diberikan harus memiliki makna bagi siswa artinya penguatan yang diberikan baik melalui kata-kata, isyarat maupun bentuk penguatan yang lainnya harus dipilih dan disesuaikan dengan makna yang terkandung didalamnya. Kebermaknaan ini baik dari segi akademik maupun non akademik. Kebermaknaan secara akademik yaitu melalui penguatan yang diberikan dapat mendorong siswa untuk lebih berprestasi, sedangkan makna non akademik bahwa dengan penguatan yang diberikan dapat menfasilitasi siswa untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam melakukan berbagai aktifitas yang positif untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

3. Menghindari penguatan yang negatif

Dalam memberikan penguatan sebaiknya guru menghindari dari respon-respon negatif seperti kata-kata kasar dan tidak mendidik, cercaan, hinaan dan isyarat yang menyudutkan siswa. Dalam pembelajaran ada kalanya proses dan hasil yang ditujukan siswa itu sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang diharapkan atau sebaliknya. Kadang-kadang karena guru tidak puas dengan proses dan hasil yang ditujukan siswa, muncul kainginan untuk membentak dan mengeluarkan kata-kata menyindir serta penguatan negatif lainnya walaupun maksudnya mungkin baik yaitu untuk lebih meningkatkan proses dan hasil pembelajaran secara lebih berkualitas. Akan tetapi dengan mengeluarkan kata-kata atau isyarat (penguatan negatif) harus dihindari. Jika siswa memberikan jawaban atau menunjukkan penampilan yang tak memuaskan, guru hendaknya menahan diri dari keinginan mencela atau mengejek jawaban atau penampilan siswa. Apabila jawaban siswa keliru guru dapat mengalihkan pertanyaan kepada siswa yang lain. Jika siswa menunjukkan penampilan yang tak sempurna, guru dapat meminta siswa yang dianggap mampu untuk mendemontrasikan penampilan tersebut, kemudian siswa pertama diminta perbaiki penampilannya. Dengan cara-cara tersebut guru akan tetap memberikan balikan kepada siswa serta sekaligus terhindar dari penggunaan respon negatif.

Disamping ketiga prinsip tersebut diatas, dalam memberikan penguatan, guru hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut[8]:

Ø Sasaran Penguatan

Agar penguatan dapat berjalan secara efektif, maka setiap jenis dan bentuk penguatan yang diberikan guru harus tepat pada sasarannya. Sasaran yang dimaksud yaitu baik kepada siswa yang ingin diberi penguatan maupun ketepatan berkenaan dengan bentuk atau jenis prilaku belajar yang dilakukannya itu sendiri. Misalnya jika penguatan itu diberikan kepada salah seorang siswa, maka harus jelas siswa mana yang dituju dengan penguatan yang diberikan itu. Demikian pula terhadap perbuatan atau prilaku belajarnya. Selain kepada individu penguatan juga dapat diberikan kepada kelompok siswa tertentu[9]

Ø Dilakukan dengan Segera

Setiap penguataqn yang diberikan oleh guru, hendaknya dilakukan dengan segera. Artinya penguatan tersebut diberikan atau dilakukan bersamaan dengan setiap prilaku belajar yang ditampilkan oleh masing-masing siswa[10]. Misalnya apabila guru melihat siswa membuang sampah pada tempatnya, segera hampiri siswa tersebut dan sampaikan penghargaan pada saat itu pula. Dengan kata lain, bahwa antara penguatan yang diberikan oleh guru dengan perbuatan belajar siswa sebaiknya tidak menunggu waktu berlama-lama, tetapi segera.

Ø Penguatan secara bervariasi

Prilaku yang ditunjukkan siswa dalam proses dan hasil pembelajarannya sangat beragam, dan jika dikelompokkan akan terbagi kedalam tiga bagian utama, yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Oleh karena itu, jenis maupun bentuk penguatan yang diberikan oleh guru harus di sesuaikan dengan karakteristik prilaku belajar yang ditunjukkan oleh siswa itu sendiri.

Memberikan penguatan merupakan tingkah laku yang mudah diucapkan, tetapi sukar untuk dilakukan. Oleh karena itu latihan-latihan yang intensif perlu dilakukan oleh guru. Untuk mempermudah mengetahui sejauhmana perubahan siswa dalam proses belajar mengajar melalui penguatan-penguatan yang diberikan, guru dapat menggunakan format observasi keterampilan memberikan penguatan.

Contoh format tersebut sebagai berikut :

FORMAT OBSERVASI

KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN

Nama Guru : Hari/Tanggal :

Bidang Studi : Sekolah :

Pokok Bahasan : Kelas :

No

Aspek keterampilan yang diamati

Nilai

Rata-rata

keterangan

1

2

3

4

1.

Penguatan verbal

a.kata-kata

- baik

- bagus sekali

- tepat

b.Kalimat

- jawabanmu tepat sekali

- jawabanmu benar

- pendapatmua makin mantap

2.

Penguatan non verbal

a.Sentuhan

b.Mendekati

c.Isyarat/Acungan jempol

Pengamat,

. . . . . . . . . . . . . . .

1 Response to "KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN"

  1. MI Ibtidaul Huda says:
    28 Februari 2016 pukul 22.07

    makasih, but dimana daftar pustaka dan footnotnya

Posting Komentar